PERENCANAAN ELEVATOR BARANG,KAPASITAS 2 TON
Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Medan
Abstrak
Dalam aktifitas sehari-hari, suatu pekerjaan / pelayanan manusia membutuhkan suatu alat untuk dapat mengefesienkan waktu, Biaya dan percepatan suatu pekerjaan / pelayanan pada suatu tempat, untuk itu dibutuhkan sebuah alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam perencanaan ini penulis merencakan sebuah mesin elevator Barang yang ditempatkan di sebuah Pusat Pembelanjaan yang berlantai delapan ( 5 ). Karena mesin ini sangat bermanfaat untuk para memudahkan karyawan pada Penempatan barang sehari-hari., tanpa mengeluarkan tenaga dan waktu yang banyak. Alat ini juga bermanfaat bagi para bagian keamanan Pusat pembelanjaan ini, karena sewaktu-waktu mereka dibutuhkan Elevator tersebut dengan tujuan dengan cepat. Mesin elevator barang adalah suatu mesin pengangkat barang yang bergerak vertical (naik-turun) pada relnya yang telah diprogram pada kontrol panel. Mesin ini juga dapat mengangkat penumpang maksimal 10 orang.
Kata kunci : Elevator penumpang,Tali Baja,Cakra
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pesawat Pengangkat Dan Pesawat Pengangkut
Pesawat-pesawat pelayanan beban (material handling equipment) dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:
1. Pesawat pengangkat
Pesawat pengangkat adalah suatu peralatan yang digunakan untuk memindahkan material yang gerak utamanya adalah vertikal secara periodik. Contohnya: Dongkrak, elevator, kran, dan lain-lain.
2. Pesawat Pengangkut
Pesawat pengangkut adalah suatu peralatan yang digunakan untuk memindahkan beban yang mempunyai gerakan utama horizontal secara kontiniu. Contohnya: konveyor sabuk, screw conveyor, pneumatik conveyor, dan lain-lain.
II.2. Dasar-dasar Pemilihan Pesawat Pengangkat
Dalam pemilihan pesawat pengangkat diharapkan seefisien mungkin, untuk perencanaan ini harus dicermati tidak timbul masalah yang mungkin terjadi setelah selesai perencanaan. Hal-hal yang perlu diketahui dalam jenis pesawat pengangkata adalah:
a. Faktor Teknis
Jenis-jenis sifat bahan ditinjau dari
• Struktur
• Ukuran-ukurannya
• Kekerasannya
• Pengaruh temperatur
Kapasitas kemampuan pemakaian perjam, ada beberapa tipe pemakaian yaitu:
• Terus menerus yaitu konveyor, tangga jalan (escalator)
• Sewaktu – waktu yaitu dongkrak, mesin Derek
Arah dan cara pengangkatannya yaitu:
• Vertikal
• Horizontal
• Berputar
• Gabungan dari ke tiga jenis diatas
Cara penggunaannya
Karakteristik dan proses produksinya
b. Faktor Ekonomis
Dalam evaluasi ekonomis berbagai jenis alat, baik investasi awal maupun biaya operasional awal yang dibutuhkan harus dipertimbangkan:
1. Biaya investasi awal meliputi, harga perlengkapan, biaya pemasangan dan pengangkutan serta biaya yang diperlukan dalam pengangkutan serta biaya konstruksi yang diperlukan dalam pemasangan dan operasinya.
2. Biaya operasi mencakup:
• Gaji dan tunjangan pekerja
• Biaya listrik yang dipakai
• Biaya untuk pelumasan, pembersihan, peralatan khusus dan lain-lain
II.3.Tinjauan Umum Elevator
Elevator atau sering juga disebut dengan lift ditunjukkan khusus untuk mengangkat barang atau penumpang secara vertikal didalam sangkar yang tersedia bergerak pada rel penuntun tetap. Lift banyak digunakan pada industri, toserba dan rumah tinggal.
Lift diklasifikasikan menjadi lift untuk penumpang dan lift untuk barang. Kemudian lift barang terbagi menjadi elevator barang, elevator barang dan penumpang (memakai operator) dan elevator barang pelayan ringan (untuk perusahaan makanan dan komersial). Jenis penggerak yang digunakan membagi elevator menjadi elevator elektrik, hidrolik, dan dioperasikan dengan tangan. Elevator yang digerakkan elektriklah yang paling banyak digunakan
Biasanya lift penumpang tersedia mulai kapasitas 0,25 sampai 1,5 ton sedangkan lift barang dapat menangani 0,25 sampai 15 ton. Namun pada Tugas Akhir ini hanya membahas lift barang saja, walaupun secara umum konstruksinya, lift penumpang maupun lift barang pelayanan tidak jauh berbeda.
Konstruksi Umum Elevator (lift)
Sebagian besar peralatan Elevator Tipe penthous machine room ditempatkan di bagian atas sangkar Elevator.Bagian-bagian utama Elevator Penumpang diperlihatkan pada (gambar 2.1)
Elevator mampunyai konstruksi berupa sangkar (bagian 11) yang dapat dinaik-turunkan dengan sudut 90o, tanpa mengalami hambatan dengan menggunakan tali baja (bagia 26). Agar sangkar tidak mengalami guncangan ketika beroperasi maka pada tiap sisinya dipasang rel-rel (bagian 23) yang berfungsi sebagai jalur lintasan sangkar itu sendiri. Adapun panjang rel yang digunakan sesuai dengan tinggi lantai bangunan yang digunakan untuk elevator tersebut.
Untuk mengurangi beban pada mesin pengangkat (bagian 1) maka bobot pada sangkar diimbangi dengan beban tambahan/penyeimbang (bagian 30). Bobot pengimbang ini bekerja naik turun sama seperti sangkar tetapi berlawanan arah. Jika sangkar naik, maka beban pengimbang akan turun dan sebaliknya jika sangkar turun maka beban pengimbang akan naik. Baik sangkar dan beban pengimbang diikatkan dengan menggunakan tali baja yang sama, hanya letak penempatan ujungnya saja yang berbeda. Tali baja tersebut dipasang diatas alur-alur bentuk ”V” yang terletak pada cakra (bagian 4). Adapun berat dari beban pengimbang ini adalah lebih berat dari sangkar dengan berat maksimum yang diizinkan.
Mesin elevator dan motor penggerak (bagian 2), diletakkan di ruangan paling atas (diatas lantai akhir sangkar beroperasi). Posisi mesin dan motor penggerak diatur sedemikian rupa agar disaat beroperasi tidak mengalami hambatan dan posisi tali baja tetap tegak lurus. Agar lebih kuat dan lebih aman maka hubungan antara kaki-kaki masin dan motor penggerak diikatkan dengan baut-baut pengikat dengan lantai ruangan mesin ini yang juga dilapisi dengan plat baja.Rangka sangkar barang dibuat dari kanal dan besi siku, sedangkan dinding lantai dari kayu atau plat besi anti gelincir. Sangkar tersebut cukup kokoh untuk menahan deformasi akibat beban kejut yang mungkin timbul ketika sedang bermuatan. Jalan keluar dapat terbuka dan tertutup atau diberi pintu geser
Lorong elevator adalah ruangan tempat sangkar elevator bergerak. Rangka lorong baik untuk elevator penumpang maupun elevator barang dapat di desain beragam bentuk demikian juga bahan yang digunakan. Peralatan penggantung adalah tali kawat pintalan atau silang.
Pada ruang mesin dan motor penggerak ini diletakkan kotak kontrol panel dan tenaga cadangan berupa baterai basah. Kotak kontrol panel berfungsi mengatur pengoperasian atau cara kerja dari elevator, dimana alat ini menggunakan sistem digital. Suhu pada ruangan ini juga perlu dijaga agar tidak terlalu panas untuk mencegah kerusakan pada unit kontrol panel, maka pada ruangan ini dibuat kipas, tiap mesin elevator yang berhubungan langsung dengan udara luar.
Nama bagian konstruksi elevator barang (N. Rudenko, 1996, Mesin Pengangkat, Cetakan Ketiga, Jakarta, Penerbit Erlangga).
Gambar 2.1.Konstruksi Elevator
II.4.Cara Kerja Elevator
Elevator bekerja secara vertikal dengan cara naik-turun, elevator bekerja ketika akan diperintahkan. Maksud diperintahkan dalam hal ini adalah pengguna harus menyuruh elevator tersebut untuk bekerja, yaitu dengan cara menekan tombol yang telah disediakan pada tiap dinding lantai. Hal ini dapat bekerja karena adanya program pada bagian kontrol panel yang telah diprogram secara digital. Selanjutnya informasi dari pengguna dengan menekan tombol tersebut diteruskan ke kontrol panel, sesudah diproses dalam kotak panel ini program tersebut diteruskan dengan wayar-wayar yang dihubungkan ke mesin elevator untuk bekerja sesuai perintah dari pengguna.
Jika beban mesin melebihi batas maksimum, maka elevator tidak akan bekerja dan alarm akan bunyi terus. Elevator tidak bekerja karena arus listrik langsung diputuskan oleh saklar otomatis yang dioperasikan oleh galvanor. Ketika beban dikurangkan maka hubungan arus tersebut kembali seperti semula sehingga elevator dapat bekerja kembali dengan batas yang diizinkan.
Apabila sewaktu-waktu elevator sedang beroperasi, tiba-tiba saluran listrik putus (padam), maka elevator ini dengan otomatis mencari lantai terdekat untuk mengeluarkan penumpang/barang yang ada didalamnya. Hal ini dapat terlaksana karena pada elevator ini disediakan tenaga cadangan berupa baterai basah sebanyak dua buah beserta meld panelnya pada tiap-tiap mesin elevatornya.
II.4.1.Instalasi Elevator
Sistem yang dipilih dari perancangan ini adalah elevator dengan mesin penggerak sistem roda puli dan drum, dengan mesin penggeraknya diletakkan pada lantai paling atas atau instalasi diatas kepala manusia, karena memang cocok digunakan untuk gedung bertingkat dengan transportasi yang dilakukan secara vertikal dari lantai atas ke lantai bawah atau sebaliknya. Sebagai sumber geraknya dipakai motor listrik, karena lebih tepat untuk sistem pengangkat elevator.
II.4.2.Kapasitas Angkat
Sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil survey di lapangan bahwasanya barang-barang yang diangkat setiap harinya berupa:
• Kotak-kotak berisi makanan, buah-buahan seberat 700 kg
• Kotak-kotak berisi pakaian seberat 800 kg.
• Peti yang berisikan barang pecah belah seberat 2000 kg.
Berat maksimum yang dapat diangkat elevator adalah 2000 kg, maka diambil kapasitas angkat adalah 2000 kg.
II.4.3.Tinggi Pengangkatan
Tinggi pengangkatan direncanakan dari lantai dasar atau basement ke lantai 5 dengan jarak tiap lantai adalah 4 meter. Maka jarak yang ditempuh sangkar elevator dari lantai 1 ke lantai 5 adalah 25 meter.
II.5.Bagian Utama Elevator
II.5.1Sangkar Elevator
Kerangka sangkar terbuat dari baja profil (L) siku dengan DIN 1028 sheet 1 dengan kode (L 1,5 x 2 x 2,5 ), bahan ini diambil karena sangat cocok untuk dipakai pada konstruksi kerangka dan plat dasar.
Dalam perencanaan ini, jenis plat yang digunakan ada 2 (dua) macam dengan tegangan tarik yang sama sB = 270 – 490 N/mm2 (Elemen Mesin, G. Niemann, Anton Budiman, Bambang Priambodo, jilid 1, hal 95) yaitu dengan ketebalan:
1. Plat dengan tebal 3 mm (DIN 1623)
2. Plat dengan tebal 5 mm (DIN 1621)
Gambar 2.2.Sangkar Elevator
II.5.2.Alat Penuntun Sangkar Elevator
Sangkar di dalam lorong pada rel penuntun yang terpasang tetap dan kedua sisi kenderaan pada bagian atas dan bawah di beri dua penuntun yang sesuai dengan rel.
Gambar 2.3 Rel Penuntun Elevator
II.5.3. Pengimbang elevator
Digunakan untuk menghilangkan beban pada mesin pengangkat, bobot sangkar diimbangi dengan beban timbangan yang dihubungkan dengan tali pada sangkar dengan drum mesin pengangkat, pengimbang terbuat dari bahan besi cor kelabu, berat bandul sama dengan berat sangkar di tambah dengan setengah dari berat maksimum.
Gambar 2.4 Pengimbang Elevator Sangkar
II.5.4.Peralatan Penggantung
Digunakan untuk menggantung sangkar dan pengimbang digunakan tali kawat pintalan sejajar atau silang untuk mengefektifkan penggunaan tali yang berdiameter lebih kecil, sangkar pengimbang digantung dengan dua, empat atau enam utas tali. Distribusi beban yang seragam pada semua tali dengan menggunakan batang silang penggantung jenis tuas seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.5 Penggantung Tali pengimbang elevator
II.5.5.Rem
Semua elevator harus dilengkapi alat pengaman khusus yaitu alat yang dapat menghentikan sangkar secara otomatis, bila tali putus atau kendur.
Gambar 2.6 Rem Sepatu Ganda
II.5.6.Prinsip Kerja Sepatu Rem
Rem sepatu ganda sering digunakan pada mekanisme pengangkatan pemindah. Rem digerakkan oleh pemberat G dan dilepaskan dengan elektromagnet. Akibat pengereman yang permanen hanya bekerja bila elektromagnet dinyalakan, biasanya rangkaian listrik dibuat saling mengunci antara motor dan magnet yang secara otomatis menghasilkan aksi pengereman walaupun berhenti secara mendadak.
Gambar 2.7 Diagram Rem Sepatu Ganda
II.5.7.Mesin pengangkat
Untuk mengangkat sangkar, jenis drum atau roda puli penggerak. Pada desain dengan drum tali untuk mengulur dan menarik tali yang menahan sangkar di sambung ke bandul pengimbang dengan menggunakan elektromotor.
Gambar 2.8 Mesin pengangkat Elevator Dengan Elektromotor
II.5.8.Sistem Transmisi
Sistem transmisi roda gigi pada perencanaan ini memiliki fungsi untuk mereduksi putaran dari motor penggerak ke drum, dan pada umumnya putaran motor yang tersedia tinggi sedangkan putaran yang diinginkan pada drum lebih lamban sesuai dengan kecepatan angkat yang direncanakan pada perencanaan transmisi roda gigi ini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
• Putaran poros drum
• Ukuran utama roda gigi
• Poros roda gigi
• Bantalan yang digunakan
Gambar 2.9 Mesin pengangkat Elevator Dengan Elektromotor
II.5.9.Tali
Tali merupakan suatu kumpulan beberapa wayar yang dibentuk atau dipilin sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Tali merupakan alat yang cukup besar pengaruhnya dalam kegiatan sistim pesawat angkat.
Tali terdiri atas 2 jenis yang kita, kenal pada saat ini yaitu :
Tali non metal
Tali baja
a) Tali non metal
Tali non metal adalah tali yang konstruksinya terdiri dari bahan bukan logam. Dan biasanya tali ini digunakan untuk mesin pengangkat yang digerakkan oleh tangan karena sifat mekanisnya yang lemah (cepat aus, kekuatannya rendah, mudah rusak oleh benda tajam). Tali ini biasanya digunakan untuk mengikat muatan ke pegangan pengangkat kait dan lainnya.
b) Tali baja
Tali baja digunakan secara luas pada mesin-mesin pengangkat. Dibandingkan dengan rantai, tali baja mempunyai keunggulan sebagai berikut:
- lebih ringan
- lebih tahan terhadap sentakan
- operasi tenang walaupun pada kecepatan operasi tinggi
Tali baja adalah tali yang dikonstruksikan dari kumpulan jalinan serat-serat baja (steel wire), yang terbuat dari kawat baja dengan ultimate strength sb = 130 ÷ 200 kg/mm2. Mula-mula beberapa serat baja dipintal hingga menjadi satu jalinan (strand), kemudian beberapa strand dijalin pula pada suatu inti (core), sehingga membentuk tali dengan tipe-tipe sebagai berikut:
• Tipe 6 x 19 + 1 fibre core, artinya sebuah tali baja dengan konstruksi yang terdiri dari 6 strand dan tiap strand terdiri dari 19 steel wire dengan 1 inti serat.
• Tipe 6 x 37 + 1 fibre core; 6 x 36 + 1; 6 x 41 + 1 dan lain-lain.
Kelebihan steel wire rope dibandingkan dengan rantai adalah:
• Lebih ringan
• Lebih tahan terhadap sentakan, bila beban terbagi rata pada semua strand.
• Kurang mengalami fatique dan internal wear, sebab wire tidak mempunyai tendensi untuk menjadi lurus yang selalu menyebabkan internal stress.
• Kurang mempunyai tendensi untuk berbelit, peletakan yang tenang pada drum dan cakra, penyambungan yang lebih cepat, mudah dijepit (clip) atau ditekuk (socket).
• Lebih fleksibel
Gambar 2.10. Tali baj (Rope)
Untuk tali yang digunakan pada analisis ini adalah tali 222, maka rumus yang digunakan untuk mencari nilai dari F sama dengan rumus mencari kekuatan putusnya P. Rumus untuk memilih tali menurut kekuatan putusnya P yang diacu pada penampang total tali adalah :
P (222) = ............................................(Rodenko,1996,39)
Gambar 2.11 Faktor utama yang mempengaruhi mutu tali kawat baja.
Untuk tegangan tali yang hanya membutuhkan perhitungan beban statis. Test dinamik diperkenankan pada limit faktor keselamatan yang diijinkan jika tali tidak perlu panjang.
........................................................................(Rodenko.1996.Hal 40
dengan :
S – tarikan maksimal yang diijinkan pada tali, dalam Kg
P – kekuatan putus tali sebenarnya, dalam Kg
K – faktor keamanan yang didapat sesuai dengan jenis mekanisme dan kondisi operasinya.
Diameter drum atau pulli minimum yang diijinkan didapat dari rumus :
D ≥ e1 e2 d................................................................(Syamsir ,1987,Hal 76)
dengan :
D – diameter drum atau pulli pada dasar alurnya, dalam mm
d – diameter tali, dalam mm
e1 – faktor yang tergantung pada alat pengangkat dan kondisi operasinya
e2 – faktor yang tergantung pada konstruksi tali
Diameter puli kompensasi boleh boleh berukuran 40% lebih kecil dari diameter blok pembawa.
II.5.10.Perhitungan Daya Tahan (Kekuatan Batas Lelah) Tali
Bermula dari kenyataan bahwa kerusakan tali disebabkan oleh kelelahan bahan dan setiap tali hanya dapat mengalami lengkungan dalam jumlah tertentu, para peneliti telah melakukan percobaan untuk mencari hubungan antara umur tali dengan berbagai faktor yang menyebabkan keausan dan menentukan jumlah lengkungan yang telah melampaui batas yang akan terjadi kerusakan tali dalam setiap kasus.
Metode perhitungan daya tahan tali kawat harus dilakukan secara ilmiah dan sesempurna mungkin. Prinsipnya harus benar dan berguna dalam prakteknya. Dalam mendesain peralatan pengangkat, pendesain harus selalu memperhatikan ketergantungan umur pakai tali pada ukuran puli atau drum, beban, konstruksi tali dan faktor lainnya.
Metode perhitungan daya tahan tali kawat yang dijelaskan berikut dijelaskan berikut dihasilkan oleh penelitian bertahun-tahun yang dilakukan di Hammer dan Sicle Works. Berbagai konstruksi tali yang berdiameter dari 3mm sampai 28mm diuji dengan tiga buah mesin khusus untuk dilakukan untuk menentukan metalurgi, produksi, desain dan operasi yang mempengaruhi kekuatan tali.
Gambar 2.12 Diagram untuk menentukan jumlah lengkungan tali
Data ini kemudian dipakai untuk menggambarkan suatu diagram yang menunjukkan hubungan dengan berbagi jumlah lengkungan tali (gambar 2.9) dan untuk mendapat secara matematis rumus desain.
dengan:
A = .............................................(Syamsir ,1990,Hal 101)
dengan :
perbandingan diameter drum atau puli dengan diameter tali
M - faktor yang tergantung pada jumlah lengkungan berulang dari tali z, selama periode keausannya sampai tali tersebut rusak
- tegangan tarik sebenarnya pada tali, dalam kg/mm2
C - faktor yang memberi karakteristik konstruksi tali dan kekuatan tarik maksimum bahan kawat
C1 - faktor yang tergantung pada tali
C2 - faktor yang menentukan faktor produksi dan operasi tambahan, tidak diperhitungkan oleh faktor C dan C1
Setelah menentukan umur tali, penulis dapat menghitung diameter drum atau puli dengan rumus (9). Bile tegangan , perbandingan dan kondisi operasi mekanisme pengangkat telah diketahui, kita dapat menentukan umur berbagai jenis kontruksi tali.
Di dalam menentukan umur tali, penulis harus mengetahui jumlah lengkungan yang diperbolehkan selama periode operasinya.
Dalam mekanisme pengangkat yang berbeda satu tali yang sejenis dapat mengalami sejumlah lengkungan tertentu yang berbeda yang tergantung pada jumlah puli penuntun yang dilewati tali dan tinggi angkatan muatan (yang tidak selalu sama) serta perbandingan dalam beban kerja penuh dan rata-rata.
Untuk mendapatkan data yang lebih tepat tentang jumlah siklus kerja, jumlah lengkungan dan beban tali, perusahaan dan lokasi konstruksi tertentu telah mengadakan pengamatan jangka panjang dan pengaturan berbagai mesin pengangkat dan hasil pengamatan tersebut.
Bila kita mengetahui kondisi operasi mekanime pengangkat, dan telah menentukan umur tali, kita dapat menentukan jumlah lengkungan yang diperbolehkan z1 dengan rumus :
............................................................(Rodenko,1996,46)
Dengan:
N - umur tali dalam bulan
a – jumlah siklus kerja rata-rata perbulan
z2 -jumlah lengkungan berulang bersiklus kerja (mengangkat dan menurunkan) pada tinggi pengangkatan penuh dan lengkungan satu sisi
- faktor perubahan daya tahan tali akibat mengangkut muatan lebih rendah dari tinggi total dan lebih ringan dari muatan penuh.
Gambar 2.13.Penggantung dengan satu puli gerak
Nilai a, z2, dan N yang memberikan tinggi h pengangkatan muatan yang mengakibatkan tali melengkung pada semua puli. Dalam penggantungan dengan satu puli bebas (gambar 2.11) titik tali pada puli tetap 1 akan mencapai blok gerak 2 yang lebih rendah apabila rumah kait diturunkan setinggi h = 1 pada crane berlengan (boom crane) bagian tali yang melewati puli 1 dan 2 tidak pernah mencapai drum dan puli 3.
Dengan memperhatikan adanya hubungan langsung antara jumlah lengkungan dan jumlah putusan di dalam tali maka didapat hubungan.
..............................................................(Syamsir,1987,Hal 108)
Jumlah lengkungan yang berulang yang mengakibatkan kerusakan tali dapat dicari dengan rumus :
.....................................................(Rodenko,1996 hal 46)
II.5.11.Pulli
Gambar 2.14 Pulli tetap
Puli terdiri dari logam maupun bukan logam yang berbentuk bundar yang disebut dengan nama disc, dan pulli ini diberi alur sebagai laluan tali. Pulli ada 2 macam:
a. Pulli tetap
b. Pulli tidak tetap
a. Pulli tetap
Pulli tetap terdiri dari sebuah cakra dan seutas tali atau rantai yang dilingkarkan pada alur di bagian atasnya yang salah satu ujungnya digantungi dengan beban (Q) sedang ujung yang lain ditahan atau ditarik ke bawah sehingga dengan demikian beban terangkat ke atas. Berikut rumus-rumus yang digunakan pada puli tetap.
~
- gaya tarikan
........................(Syamsir.1990 Hal 96)
- Z waktu mengangkat beban
........................................( Syamsir.1990 Hal 112)
- Z waktu menurunkan beban
.........................................( Syamsir.1990 Hal 112)
- Harga dari tahanan gesekan
..............................................(Syamsir.1990 Hal 112)
b. Pulli tidak tetap
Pulli bergerak mempunyai cakra yang bebas dan porosnya yang bebas pula. Tali atau rantai dilingkarkan dalam alur pada bagian bawah. Salah satu ujung tali diikatkan tetap dan ujung lainnya ditahan atau ditarik pada waktu pengangkatan, beban digantungkan pada kait yang tergantung pada poros.
Pada puli tetap ditentukan rumus untuk gaya tarik adalah:
Gbr. 2.15 Pulli
II.5.12. Drum
Drum dalam hal ini berfungsi sebagai tempat gulungan tali ataupun rantai. Bedanya hanya pada sarang rantai untuk drum dan alur tali untuk drum tali.
Drum rantai digunakan untuk keperluan operasional dari crane-crane putar yang digerakkan dengan tangan dengan kapasitas angkat 5 ton dan bahan drum terbuat dari besi tuang. Sedangkan untuk tali terbuat dari bahan yang licin untuk menggulung tali dalam beberapa gulungan.
Drum pada operasi pengangkatan di pergunakan untuk penggulung rantai atau puli. Dalam rancangan ini drum yang digunakan adalah drum tali. Drum tali baja ini dibuat dari yang licin dengan flens yang tinggi untuk memungkinkan menggulung tali dalam beberapa gulungan. Drum untuk baja ini terbuat dari bahan besi tuang, jarang dari baja tuang.
Kalau penggerak dengan mesin maka drum dilengkapi dengan alur spiral, maka oleh sebab itu gulungan tali akan merata dan dapat mengurangi gesekan.
Gambar 2.16 Drum
II.6 Metode Pengikatan Tali
Metode berikut digunakan untuk mengikat tali baja ke rangka Derek, lengan crane putar dan bagian lain mekanisme pengangkat.
Soket tali kawat tirus. Tali diikat dengan soket tirus (gambar 14) dengan urutan operasi berikut.
Gambar 2.17 Pengikatan tali kawat dalam soket tirus
1. Ujung kawat tali pertama-tama dililit dengan baik dengan menggunakan kawat lunak pada titik a dan b yang tergantung pada panjang soket bajanya. Lilitan pada bagian bawah b harus lebih lebar dari a.
2. Lilitan pada ujung atas a kemudian dilepas dan untaian tali dibuka.
3. Kawat kemudian diurai dari untaian dan inti raminya dipotong.
4. Kawat kemudian dililitkan pada dua titik dengan ikatan sementara a’ dan a”.
5. Ujung Tali dimasukkan ke soket, kawat dilengkukkan menjadi lengkungan dan Timah cair kemudian dituangkan ke dalam soket tersebut.
Gambar 2.18 Baji soket tali (a) dan Pengikatan dengan alat berlubang (b,c)
Gambar 2.19 Klem bull dog
Gambar 2.20 Tali alai berlubang dengan plat dan sekrup
Soket-baji. Tali dilewatkan mengitari baji-baja beralur (gambar 2.15a) dan diikat bersama dengan baji ke dalam soket rata yang sesuai yang terbuat dari baja tuang. Bahan akan menarik tali ke dalam soket dan akan menambah daya ikatnya.
Mata, pengikat. Tali dililitkan mengelilingi mata pengikat (gambar 2.15b) dan ujung bebasnya dililitkan dengan bagian utama tali. Panjang lilitan 1 > 15d dan minimum sepanjang 300 mm.
Gambar 2.15c menunjukkan kait yang diikat pada, tali dengan mata pengikat. Mode pengikatan seperti ini banyak sekali digunakan. Di samping dililitkan, mata, pengikat dapat dikencangkan dengan memakai klip khusus bulldog (bull-dog-clip)atau pengapit pada tali kawat (gambar 2.16). Jumlah pengapit minimum adalah tiga, buah, gambar 2.17 menunjukkan tali kawat yang diikat pada, mata pengikat dengan plat dan baut.
II.7. Pengikat Tali Pada Drum
Gambar 2.21 Pengikatan tali pada drum
Pengikatan dengan menggunakan sekrup pengencang dapat dilihat dalam gambar 2.18a. Suatu lubang disediakan pada drum coran untuk tempat ujung dari tali. Pada lubang bukaan ini dimasukkan pelat b dengan sebuah semat yang beralur berbentuk setengah lingkaran pada sisi dalam yang dibentuk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan bentuk penampang tali a. pelat dijepit dengan dua buah skrup c.
Cara pengikatan ini dapat disetel, sehingga tali dapat diganti dengan cepat. Bila dua utas tali sekaligus digulung pada drum, proses pengikatan dilakukan dengan dua kali untuk menjaga keamanan (gambar 2.13b)
Pengencangan dengan pasak baji dapat dilihat pada gambar 2.18b tali a dilingkarkan pada pasak baji b dan dimasukkan kedalam lubang bukaan pada drum. Lubang ini harus ditiruskan dari kedua sisi ke bagian tengahnya, sehingga baji tersebut dapat diselipkan dari kedua arah.
Metode pengikatan ini paling banyak digunakan dan sangat mudah serta dapat diandalkan. Pelat baja disediakan pada sisi dalam drum dan mempunyai dua alur untuk tempat ujung tali dan ditengahnya terdapat lubang untuk baut atau pasak benam.
Kamis, 28 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
mas bro, kalau menghitung berat sangkat lift(G) dengan kapasitas (Q = 2.000 kg):
BalasHapusG sangkar = q + 100 F untuk Q = 500 kg
G sangkar = q + 125 F untuk Q = 1.000 kg
G sangkar = q + 150 F untuk Q = 1.500 kg ......N Rudenko, Mesin Pemindah Bahan, hal.353
--nah, kalau Q=2.000 kg, pake rumus:
G sangkar = q + 175 F untuk Q = 2.000 kg?
mas tolong dong saya lagi ada tugas perancangan mesin ni, misal kalo Qnya cuman 720kg gmna rumusnya mas ?
BalasHapusboleh saya tau bagai mana perhitungan konstruksi untuk lifter barang/ jenis elevator vertical untuk barang dengan kapasitas 500 kg.
BalasHapus